Arif Rahmat adalah salah satu dari banyak orang yang menjadi korban rokok. Ketika usianya baru 17 tahun, Arif didiagnosis menderita penyakit jantung akibat paparan asap rokok. Bila terkena asap rokok, jantungnya akan terasa seperti ditusuk-tusuk hingga akhirnya jatuh pingsan.
Arif Rahmat yang kini berusia 19 tahun didiagnosis menderita kelainan jantung sejak kelas 2 SMK, pada usia 17 tahun. Dokter mengatakan kelainan pada organ vitalnya terjadi karena racun asap rokok. Ia bukan perokok dan tidak ada perokok di dalam keluarganya, namun ia menjadi korban asap rokok dari lingkungan tempat tinggal dan sekolahnya.
"Saya perokok pasif dan saya tidak punya keluarga yang merokok. Tapi saya kena penyakit jantung. Jantung saya sakit setiap kali kena asap rokok. Dan kalau saya tidak kabur 1 sampai 5 menit dari kepulan asap rokok, saya mulai merasa sesak, jantung rasanya seperti ditusuk-tusuk benda tumpul, bahkan bisa sampai pingsan. Dan kalau sampai pingsan, saya harus minum 6-10 obat sekali minum, itu sehari bisa 30-40 obat, benar-benar tersiksa," jelas Arif Rahmat, dalam acara temu media 'Merokok Mengintimidasi HAM' di Yayasan Kanker Indonesia, Jakarta, Rabu (14/12/2011).
Arif yang kini duduk sebagai mahasiswa semester 1 di STT Sapta Taruna mengaku sangat terganggu dengan teman-teman di kampusnya yang masih saja suka merokok di depannya. Ketika ingin mengerjakan tugas atau makan di kantin ia harus segera menghindar bila ada temannya yang merokok. Padahal sudah jelas-jelas tertulis bahwa sekolah dan kampus adalah kawasan bebas rokok.
"Saya sudah bilang ke teman-teman kalau merokok asapnya tolong dibuang ke samping, itu saja mereka nggak mau. Kalau mau merokok boleh tapi ya sana di luar gerbang, kampus kan bebas rokok. Saya sudah mengeluarkan aspirasi tapi kami selalu ditindas karena baru anak semester 1. Sebelum kami bicara kalau asap rokok itu bahaya, asap rokoknya sudah disembur ke kami duluan," jelas Arif geram.
Kini Arif hanya bisa menghindar setiap ada temannya yang merokok, meski itu di kawasan bebas rokok sekalipun. Ia berharap pihak kampusnya benar-benar memberikan sanksi yang tegas bila ternyata ada mahasiswa yang merokok di kawasan bebas rokok.
"Kampus kan tempat belajar, tapi saya malah jadi nggak bisa belajar karena pas ngerjain tugas eh ada yang merokok. Saya benar-benar terganggu, daripada pingsan dan minum banyak obat mending menghindar. Bayangkan kalau anak Anda yang seperti itu," tutup Arif.
Sumber : detikhealth.com