Di Indonesia, Hari (Anti) Korupsi Sedunia (9/12) ramai diperingati dengan berbagai demo di penjuru Nusantara.
Dan ngomong soal korupsi, ada 1 jenis hewan yang dijadikan simbol personifikasi dari koruptor, yaitu tikus. Mungkin karena tikus dianggap sebagai hama yang merugikan manusia dan cucok mewakili perilaku koruptor.
Di bagian lain dari dunia kita, tikus merupakan simbol pengkhianatan dan perselingkuhan. Pokoknya yang jelek-jelek lah.
Dan ngomong soal korupsi, ada 1 jenis hewan yang dijadikan simbol personifikasi dari koruptor, yaitu tikus. Mungkin karena tikus dianggap sebagai hama yang merugikan manusia dan cucok mewakili perilaku koruptor.
Di bagian lain dari dunia kita, tikus merupakan simbol pengkhianatan dan perselingkuhan. Pokoknya yang jelek-jelek lah.
Jadi intinya, perilaku si tikus ini dianggap pas dipakai untuk mempersonifikasikan sifat-sifat buruk manusia.
Tapi ternyata hewan pengerat ini tidak seburuk yang selama ini digambarkan manusia. Setidaknya itu menurut hasil penelitian Universitas Chicago. Justru sebenarnya tikus itu ramah dan baik hati. Tidak sombong juga kali ya, he he he …
Para peneliti tersebut menggunakan sepasang tikus rumah, jantan dan betina, untuk eksperimennya agar bisa saling PDKT.
Salah seekor tikus dibiarkan bebas berkeliaran dalam kandang dan seekor lainnya dikurung dalam ditabung transparan yang juga diletakkan dalam kandang tersebut. Salah satu ujung tabung diberi semacam penutup mekanis yang apabila didorong dari luar, maka penutup tersebut akan terbuka.
Di situ terlihat, tikus yang bebas tampak tertekan/ galau (halah) dan kemudian berusaha untuk membebaskan pasangannya yang ada dalam tabung.
Hal ini menunjukkan kalau tikus tidak hanya tertekan melihat pasangannya terkurung, tapi ia juga berusaha mencari cara agar pasangannya bebas. Menurut para iluwan, ini merupakan sebuah wujud sederhana dari empati.
Setelah mempelajari situasi beberapa saat, akhirnya sang tikus berhasil menemukan cara untuk membebaskan rekannya dengan mendorong penutup tabung. Ini artinya tikus mempunyai rasa kebersamaan tinggi yang merupakan bentuk empati yang lebih kompleks.
Ternyata mereka paham betul makna teman sejati.
Eksperimen ini dilakukan pada sejumlah tikus yang lain dan semuanya menunjukkan pola yang sama, padahal para tikus tersebut tidak pernah dilatih sebelumnya. Mereka mempelajari sendiri cara yang harus dilakukan karena dorongan dalam dirinya.
Saat dalam tabung dimasukkan mainan, tikus kurang begitu tertarik untuk membebaskannya. Mereka hanya akan membebaskan tikus asli, meskipun tidak saling mengenal sebelumnya.
Dalam percobaan terakhir, sama dengan sebelumnya, hanya saja ilmwan menaruh sebatang coklat dalam kandang. Sebagian besar dari hewan percobaan itu lebih memilih membebaskan rekannya, baru kemudian menyantap makanan favorit itu bersama-sama.
Menariknya, ternyata tikus betina lebih peduli/ perhatian dibandingkan tikus jantan dalam upaya pembebasan itu. Mungkin ini mencerminkan pentingnya empati dalam naluri keibuan mereka.
Para iluwan mengatakan, bahwa munculnya perilaku empati ternyata tidak hanya milik manusia.
“Saat kita bertindak tanpa didasari empati, berarti kita telah melanggar sisi manusiawi kita sebagai manusia. Jika kita mau mendengar dan berbuat dengan mengedepankan sisi manusiawi itu, niscaya hidup kita akan jadi lebih baik”, kata Profesor Peggy Mason, salah seorang imuwan.
Nah, kalau memang tikus adalah hewan yang baik hati dan tidak sombong, apa masih pantas dijadikan simbol personifikasi koruptor ya? Padahal ‘kan mereka lebih "manusiawi" daripada koruptor? (mp2)
Sumber : dailymail.co.uk | Artikel asli | Foto : matanews.com & dailymail.co.uk
Sumber : dailymail.co.uk | Artikel asli | Foto : matanews.com & dailymail.co.uk